Dari Langit Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta Lingkup Hak Cipta Pasal 2: 1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi Pencipta atau Pemegang Hak Cipta untuk meng umumkan atau memperbanyak Ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundangundangan yang berlaku. Ketentuan Pidana Pasal 72: 1. Barangsiapa dengan sengaja atau tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) atau Pasal 49 ayat (1) dan ayat (2) dipidana dengan pidana penjara ma singmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp1.000.000,00 (sa tu juta rupiah), atau pi dana penjara paling lama 7(tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah). 2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu Ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dim aks ud pad a ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 tahun dan/atau denda pal ing ban yak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah). Rizal Mallarangeng Dari Langit Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan Pengantar Goenawan Mohamad Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia) bekerjasama dengan Freedom Institute Dari Langit: Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan © Rizal Mallarangeng KPG: 32S23808 Cetakan Pertama, November 2008 Penyunting Zaim Rofiqi Redaksi KPG Perancang Sampul Wendie Artswenda Penataletak Dadang Kusmana MAllARAnGEnG, Rizal Dari Langit: Kumpulan Esai tentang Manusia, Masyarakat, dan Kekuasaan Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2008 xxviii + 659 hlm. ; 13,5 cm x 20 cm ISBn: 9789799101426 Dicetak oleh PT Gramedia, Jakarta. Isi di luar tanggungjawab percetakan. “If Men were Angels, No Government would be Necessary.” (James Madison) Buku ini dipersembahkan untuk: Umar Kayam, Ashadi Siregar, Y.B. Mangunwijaya, Arief Budiman, Ignas Kleden, dan Goenawan Mohamad.