ebook img

22 A. Persaksian dalam Agama Buddha Agama Buddha adalah merupakan agama besar yang PDF

49 Pages·2007·0.17 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 22 A. Persaksian dalam Agama Buddha Agama Buddha adalah merupakan agama besar yang

22 BAB III PERSAKSIAN DALAM AGAMA BUDDHA DAN ISLAM A. Persaksian dalam Agama Buddha Agama Buddha adalah merupakan agama besar yang kedua yang banyak penganutnya di dunia dan banyak mempengaruhi budaya pikir dan perilaku orang-orang Indonesia. Berdasarkan alur sejarah agama-agama di India zaman agama Buddha dimulai semenjak tahun 500 SM. hingga tahun 300 M. Secara historis agama tersebut mempunyai kaitan erat dengan agama yang mendahuluinya dan sesudahnya yakni agama Hindu. Sebagai agama, ajaran Buddha tidak bertitik tolak pada Tuhan dan hubungan-Nya dengan alam semesta serta seluruh isinya, termasuk manusia, tetapi dari keadaan yang dihadapi manusia dalam kehidupan sehari-hari, khususnya tentang tata susila yang dijalankan manusia agar terbebas dari lingkaran dukkha yang selalu mengiringi hidupnya.1 Ajaran yang disampaikan oleh Buddha kepada manusia sangat erat hubungannya dengan ajaran-ajaran agama yang sebelumnya, sehingga ajaran Buddha merupakan faham yang bertujuan untuk memperbaharui ajaran Hinduisme. Hal ini sesuai dengan namanya yakni agama Buddha yang mempunyai arti “seorang yang bangun atau yang disadarkan” untuk mengadakan perbaikan terhadap tradisi agama yang telah ada.2 Tri Ratna adalah merupakan kesaksian keimanan dalam agama Buddha. Tri Ratna tersebut disebut pula dengan Saranattayam yang memiliki arti tiga perlindungan yang berbunyi : 1 Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama-Agama (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1996) II, hlm. 21. 2 H.M. Arifin. Menguak Misteri Ajaran Agama-Agama Besar (Jakarta : Golden Terrayon Press, 190) II, hlm. 95. 23 Buddham saranam gacchami. Dhamman saranam gacchami. Sangham saranam gacchami. [Dutiyam pi ….. Tatiyam pi …… gacchami]. Aku pergi …. Berlindung pada Buddha. Aku pergi berlindung pada Dhamma. Aku pergi berlindung pada Sangha [untuk kedua kalinya …. Untuk ketiga kalinya ….]3 Berdasarkan kitab suci agama Buddha yakni kitab Khuddakapatha 1 tiga perlindungan ini pertama kali diucapkan oleh Sang Buddha sendiri bukan oleh para pertapa dan bukan pula oleh para dewa, di Benares di taman rusa di Isipatana ketika 61 arahat ditugaskan untuk mengajarkan Dhamma ke dunia dengan tujuan menjalani pergi ke kehidupan tak berumah tangga dan dengan tujuan memberikan pentahbisan. 12-13-14.4 Tiga permata (Tri Ratna) ini mempunyai pengertian adanya sikap penyerahan diri pada Buddha, kepada dharma yang merupakan hukum-hukum yang diberikan oleh Buddha sebagai ajaran yang memiliki tingkat kesucian tertinggi Sangha yakni golongan pendeta atau orang-orang suci murid Buddha yang memiliki tingkat kesucian tertinggi.5 Tri Ratna ini disebut dengan tiga permata karena masing-masing memiliki nilai kesucian tertinggi yang pada dasarnya nilai kesucian yang tertinggi itu sama. Perlindungan pada dasarnya adalah perlindungan agar terbebas dari dukkha (penderitaan), dalam kitab dhamapada Athakatna paragraf 10 – 11 dikisahkan bahwa : (10) Bahum ve saranamyanti – pabbatani vananiva Aramarukkha vetyam – manussa bayata jijitta Orang yang dikejar rasa takut dari kesana kemari cari perlindungan ke gunung-gunung, ke hutan-hutan, ke kuburan dan tempat keramat. 3 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha Kitab Suci Agama Budha I (Klaten : Vihara Bodhivamsa, 2001) I, hlm. 53. 4 Ibid., hlm. 54-55. Angka 12, 13, 14 menunjukkan paragraf pada kitab Khuddakapatha 5 H.M. Arifin. Menguak Misteri …, op.cit., hlm. 97. Budha artinya orang yang telah mencapai pencerahan, Budha bisa berarti patung / gambar Gautama Budha. Dhamma (skt) berarti kewajiban seseorang yang dapat dipenuhi dengan mentaati hukum / adat, dharma bisa juga beerarti hukum Ilahi. Lihat kamus theologi karangan Henk Tem Napeti 24 (11) N’etam kho saranam khemam – N’etam saranam uttamam N’etam saranam agama – Sabbadukhha pamuciati Sesungguhnya hal yang demikian bukanlah perlindungan yang aman karena perlindungan semacam itu tak memberi jaminan yang mutlak sebab setelah mendapat semua itu ia tak bebas dari kejahatan dan kesedihan.6 Perlindungan untuk bebas dari dukkha bukan dicari melalui pencarian ke tempat-tempat sunyi seperti gunung, hutan dan sebagainya melainkan melalui tiga perlindungan yakni Tri Ratna. Seperti yang dijelaskan dalam kitab Dhammapada Atthakatna paragraf 12, 13, 14. (12) Yo ca buddham ca dhammam ca – sangham ca saranam gato Cattari ariya saccani – sammapannaya passati (13) Dukham dukkhasamupadam – sukhhassa ca atikkamam Ariyancatthangikam magam – dukkhupa samagaminam (14) Etam Kho saranam khemani – etam saranam uttamam Etam saranam agamma – sabbadukkha pamuccati Paragrf 12, 13, 14 menceritakan : “Orang yang mencari perlindungan pada Buddha, Dhamma dan Sangha ia akan dapat menghayati empat kesunyatan mulia yakni tentang adanya dukkha. Sebab dan lenyapnya dukkha dilalui dengan delapan jalan utama atau jalan yang luhur untuk mencapai kelepasan yang meliputi : pertama, memandang dengan benar (samma dithi). Kedua memecahkan masalah yang benar (samma sankappa). Ketiga, berbicara dengan benar (samma vaca). Keempat, bertindak dengan benar (samma kammanta). Kelima, hidup dengan benar (samma ajiva). Keenam, berihtiar dengan benar (samma vayamma). Ketujuh, berfikir atau bernalar dengan benar (samma sati). kedelapan, berkonsentrasi dengan benar (samma samadhi). Delapan jalan ini merupakan perlindungan yang aman dan sejahtera sehingga orang akan terbebas dari dukkha.7 6 Oka Adiputhera. Dhammapada Atthakatna (Jakarta : Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Budha), hlm. 142. 7 Ibid., hlm. 143 25 1. Ajaran tentang Buddha Ajaran tentang Tri Ratna yang pertama adalah ajaran tentang Buddha (buddham saranam gacchami) yang mempunyai arti saya mencari perlindungan kepada Sang Buddha. Menurut para ahli Barat, Buddha Gautama dilahirkan pada tahun 653 SM di daerah Kapilawastu.8 Sidharta Gautama adalah putra raja Maghadha yang bernama Sudodhana. Buddha adalah sebuah gelar, suatu jabatan atau seorang tokoh yang sudah menjelma pada seseorang. Secara etimologi perkataan Buddha berasal dari kata “Buddha” yang berarti bangkit atau bangun yang kata kerjanya adalah “bujjhati”9 yang berarti bangun, mendapatkan penerangan, pencerahan, memperoleh, mengetahui, mengenal atau mengerti sehingga kata Buddha dapat diartikan orang yang telah memperoleh kebijaksanaan yang sempurna, orang yang telah sadar spiritualnya, orang yang bersih dari kotoran-kotoran batin yang berupa dosa (kebencian), lobha (serakah), dan moha (kegelapan).10 Berdasarkan pengertian kata Buddha di atas, maka tiap zaman memiliki buddhanya sendiri-sendiri, sehingga menurut keyakinan Budhis ada banyak orang yang telah mendapatkan pencerahan dan mendapat gelar Buddha.11 Buddha adalah orang yang telah terberkati yang tanpa guru ia telah menemukan kebenaran-kebenaran dan kemahatahuan di dalamnya serta penguasaan atas semua kekuatan.12 Buddha Gautama (Shidarta Gautama) adalah sosok manusia biasa namun di dalam diri Sidharta terdapat tubuh yang lain yang disebut dengan tubuh kegirangan atau tubuh yang tidak dapat berubah. Di dalam tubuh jasmani yang tampak itu tersembunyi tubuh yang lain yang tidak dapat dilihat oleh manusia biasa.13 8 Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama ..., op.cit., hlm. 24 9 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha ...,op.cit., hlm. 76 10 A. Mukti Ali. Agama Hindu dan Budha (Yogyakarta : Haninditya Offsett, 1988) I, hlm. 102. 11 Harun Hadiwijono. Ajaran Agama Hindu dan Budha (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994) IX, hlm. 65. 12 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha ..., op.cit., hlm. 56. 13 Harun Hadiwijoyo. Agama Hindu ..., op.cit., hlm. 66. 26 Kata “mencari” atau pergi dalam bunyi Tri Ratna yang pertama memiliki arti bertempur, artinya bila orang telah pergi untuk berlindung maka pengertian kepergian untuk berlindung itu sendiri sudah bertempur, menghalau, menyingkirkan rasa takut, kepedihan yang mendalam, penderitaan dan kekotoran batin. Bertempur melawan rasa takut dengan cara menambah kebaikan dan mencegah kejahatan.14 2. Ajaran tentang Dharma atau Dhamma Bunyi Tri Ratna yang kedua adalah “ Dhammam Saranam Gacchami” yang memiliki arti aku mencari perlindungan kepada dhamma. Dharma atau dhamma ialah doktrin atau inti pokok ajaran15 dhamma (ide yang benar) adalah sang jalan, buah sang jalan dari pemadaman. Lenyapnya nafsu (sang jalanlah) yang merupakan “kebenaran” (dhamma) akan menyebabkan kekokohan (dharana).16 Agama Buddha mempunyai inti ajaran yang dirumuskan di dalam empat kebenaran yang mulia (Catur Arya Satyani).17 Catur Arya Satyani tersebut terdiri dari empat kata yakni dukkha, samudaya, nirodha dan marga. Dukkha mempunyai arti penderitaan, bahwa pada dasarnya hidup itu adalah penderitaan, umur yang semakin hari semakin tua, sakit, kematian adalah penderitaan, tidak disatukan dengan yang dikasihi adalah penderitaan, keinginan yang tidak tercapai adalah penderitaan.18 Seandainya di dunia ini tidak ada penderitaan tidak mungkin Sang Buddha menjelma ke dunia. Penderitaan ini menjadi pengalaman setiap orang, kesenangan yang dialami oleh orang pun sebenarnya adalah merupakan sumber penderitaan karena orang yang senang, takut akan kehilangan kesenangannya.19 Penyebab adanya penderitaan akhirnya dapat diketahui oleh Buddha setelah Buddha bertapa untuk mendapatkan penerangan sejati. Selanjutnya diketahui oleh Buddha 14 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha ..., op.cit., hlm. 59. 15 Harun Hadiwijono. Agama Hindu ... , loc.cit. 16 Bikkhu Nanamoli. Khuddakapatha ..., op.cit., hlm. 68 17 Perkataan Arya Satyani berasal dari kata Arya dan Satyani. Arya berarti utama dan satyani berarti kebenaran. Jadi Catur Arya Satyani memiliki arti empat kebenaran utama. 18 Harun Hadiwijono. Agama Hindu ..., op.cit., hlm. 67. 19 Ibid., hlm. 67 27 bahwa dengan adanya bentuk-bentuk karma maka terjadilah kesadaran, karena adanya kesadaran maka timbullah bentuk-bentuk batin, dengan bentuk-bentuk batin dan jasmani maka terjadilah perasaan, dengan adanya perasaan maka timbullah keinginan dan terjadilah ikatan, karena adanya ikatan maka terjadilah proses “dumadi” yang akan mengakibatkan adanya tumimbal lahir dan lain-lain.20 Penderitaan atau dukkha disebabkan oleh keinginan untuk hidup (tanha) setelah orang mengalami penderitaan yang disebabkan oleh nafsu (keinginan atan tanha) untuk hidup maka timbullah apa yang disebut pratitya samutpada (samudaya) artinya pokok permulaan yang bergantungan (Sebab- sebab adanya penderitaan). Yang menyebabkan penderitaan adalah karena terikat oleh samsara (menjelma berkali-kali).21 Yang menyebabkan orang dilahirkan kembali adalah keinginan kepada hidup, dengan disertai nafsu yang mencari kepuasan yakni kehausan akan kesenangan dan kekuasaan. Pratitya samutpada berisi 12 pokok permulaan yang dirumuskan demikian : Pertama, Menjadi tua dan mati (Jamarasanam) bergantung daripada kelahiran (jati), kedua kelahiran bergantung pada hidup atau existensi yang lampau (bhawa), ketiga hidup bergantung daripada pengikatan kepada makan minum dan sebagainya (upadana), keempat, pengikatan bergantung daripada kehausan (tanha), kelima kehausan bergantung daripada emosi atau renjana (wedang), keenam emosi bergantung daripada sentuhan atau kontak (sparsa), ketujuh sentuhan bergantung daripada indera dengan sasarannya (sadayatana), kedelapan indera dengan sasarannya bergantung daripada roh dan benda atau keadaan batin dan lahir (namarupa), kesembilan roh bergantung pada kesadaran (wijnana), kesepuluh kesadaran bergantung pada penafsiran yang salah (sanskara), kesebelas penafsiran, yang salah, kedua belas penafsiran yang salah bergantung pada ketidaktahuan (awidya).22 Awidya memiliki ciri yang menyolok yaitu : bahwa alam semesta adalah fana (anitya atau anicta). Artinya mempunyai arti tidak kekal, doktrin 20 A. Mukti Ali. Agama-Agama Besar..., op.cit., hlm. 110 21 H.M. Arifin. Loc.cit. 28 ini mengajarkan bahwa di dunia tidak ada sesuatu yang kekal (semuanya fana). Ajaran anitya ini menerangkan sebab-sebab adanya penderitaan (dukkha). Ajaran ini tidak dapat dipisahkan dari ajaran anitya. Tiada jiwa di sini maksudnya bahwa manusia sebenarnya tidak berjiwa, manusia adalah suatu kelompok yang terdiri dari jasmani dan rokhani, seluruh keadaan manusia dapat diungkapkan dengan nama-rupa. Nama ialah tabiat manusia, sedangkan rupa ialah jasmaniah manusia.23 Bagian Arya Satyani yang ketiga adalah jalan kelepasan atau nirodha, yang terdiri dari pemadaman keinginan.24 Apabila manusia tidak lagi mempunyai nafsu keinginan maka penderitaan samsara dapat dihilangkan yakni dengan memadamkan nafsu keinginan tersebut (tanha tersebut).Di dalam Arya Satyani yang keempat diajarkan tentang jalan kelepasan (marga). Apabila tanha telah hilang maka seseorang akan mencapai nirwana (alam kesempurnaan).25 Penderitaan seseorang dapat dihilangkan dengan cara menempuh delapan jalan kebenaran (astha arya margha atau astadavida). Jalan ini harus dimengerti secara benar dan dengan sadar mengikuti jalan ini. Tuntutan dari jalan ini akan membawa kebebasan dan ikatan ketidaktahuan universal dan kelekatan ego pribadi. Pandangan delapan jalan ini meliputi : Pertama, pengertian atau pandangan yang benar (sammaditti). Jalan ini merupakan pengungkapan pengakuan yang samar-samar bahwa semua yang ada tidak baik, dan segala sesuatu harus dilepaskan. Bagi orang modern pemikiran ini merupakan penderitaan karena mereka berpikiran bahwa materi, reputasi, keberhasilan dan kekuatan tidak akan membawa kedamaian dan kepuasan yang diharapkan, tidak mudah menghilangkan kerisauan akibat buruk di masa lalu. Jalan pemecahannya adalah dengan meditasi. Manusia 22 Harun Hadiwijono. Agama Hindu ..., op.cit., hlm. 68. 23 Nama berarti sebagai kumpulan dari perasaan, pikiran, penyerapa, yang dapat digolongkan sebagai unsur rohaniah sedangkan rupa adalah bersifat jasmaniah yang terdiri dari tanah, air, udara / hawa, lihat buku Antropologi Agama Bagian II karangan Prof. Dr. Hilman Hadikusumo. 24 Harun Hadiwijoyo. Agama Hindu ..., op.cit., hlm. 72. 25 Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama ..., op.cit., hlm. 78. 29 harus berusaha memperluas pandangan dan memahami pribadi dalam ajaran Buddha sehingga tidak menekankan pada dukkha, tetapi pada anicca (pandangan bahwa segala sesuatu tidak permanen). Kedua, berpikir atau termotivasi benar (sammasankappa). Emosi memang sulit untuk dilacak, tetapi mempunyai peranan yang penting karena pada emosi tersebut kualitas dan keanekaragaman berpikir dapat diuji. Ketiga, adalah berbicara yang benar (sammavacca). Menurut Saddhatisa “pembicaraan adalah sarana untuk mengenal orang dan diri mereka sendiri”. Keempat, adalah tindakan yang benar (samma kamanta). Langkah ini membentuk aturan-aturan yang lebih sederhana dan dapat membangkitkan pikiran yang bebas yakni sebuah bentuk ketenangan yang harus dicapai sebelum memulai kegiatan yang benar. Kelima, mata pencaharian yang benar (samma ajiva), melalui kerja kemungkinan besar seseorang untuk mencapai integritas, konsentrasi dan ketenangan batin dalam hidup mereka, sehingga ada situasi optimum untuk mengembangkan kekuatan dan rasa belas kasih terhadap keberadaan orang lain. Langkah ini bertujuan agar orang tetap menjaga kehidupan dengan tetap hati-hati tetapi selalu dinamis. Keenam, usaha yang benar (samma vayama), langkah ini dapat ditanamkan dengan cara mencegah atau menghindari yang jahat dan keadaan pikiran yang terpecah-pecah, mengatasi keadaan pikiran terpecah-pecah yang mungkin sudah muncul, membiasakan memenuhi pikiran dengan yang baik hingga satu dan utuh, mengembangkan situasi pikiran yang sudah baik dan utuh. Ketujuh, berpikir yang benar (samma sati), langkah ini dapat dicapai melalui latihan pernafasan yang merupakan ajaran praktis khas Buddha untuk membangun dan membentuk kesadaran. Kedelapan, konsentrasi / samadhi yang benar (samma samadi), mengandung arti jalan untuk menggabungkan subjek dan obyek. Di dalam ajaran Buddha seorang meditator harus memenuhi kesadaran yang lebih jauh / 30 dalam didukung oleh usaha pribadi. Sedangkan dalam ajaran sangha pengalaman pribadi itu menimbulkan perasaan syukur terhadap saudara- saudara yang berkepercayaan lain dan memiliki dorongan yang kuat untuk menolong hidup orang lain.26 Konsentrasi secara benar pada dasarnya merupakan usaha menyegarkan diri sebagai seseorang yang telah diterangi. Ketidaktahuan dan penerangan semuanya berakar pada aktivitas mental batin seseorang.27 Di dalam teks Dhammapada ditulis sebagai berikut : “Akal budi itu mampu mengatasi kondisi ketidaktahuan. Akal budi merupakan penentunya, bila orang bicara atau bertindak dengan akal yang tidak murni, maka kemalangan akan membuntutinya. Akal budi pulalah yang menentukan kondisi keutuh-satuan, dia penentunya. Jika dengan akal yang murni / jernih orang bicara atau bertindak, maka kebahagiaan akan menyertainya bagai bayang-bayang yang selalu melingkupinya” (Dhammapada 1, 2 terjemahan dari“ acarya Buddharakkitta Thera, Bangelore, India : Buddha Vacanatius, 1966). Dengan tingkatan ini dibagi menjadi tiga bagian, tiga bagian ini meliputi sraddha (iman) terdiri dari “percaya yang benar”. Bagian ini merupakan wujud suatu pendahuluan yang terdiri dari percaya dan menyerahkan diri kepada Buddha sebagai guru yang berwenang mengajarkan kebenaran, percaya dan menyerahkan diri kepada dhamma atau ajaran Buddha, percaya dan menyerahkan diri pada jemaat (sangha) sebagai jalan yang dilaluinya. Sila, yang terdiri dari maksud yang benar, kata-kata yang benar dan perbuatan yang benar, hidup yang benar, usaha yang benar dan ingatan yang benar. Percaya atau pengetahuan yang benar akan menghasilkan maksud yang benar. Maksud yang benar terwujud dalam tiga tingkat. Berikutnya yakni kata-kata yang benar yang mempunyai arti bahwa orang itu harus berbuat 26 F.X. Mudji Sutrisno, SJ. Budhisme Pengaruhnya Dalam Abad Modern (Yogyakarta, Kanisius, 1993) I, hlm. 28-30. 31 jujur (tidak berbohong), perbuatan yang benar berarti bahwa dalam segala tindakan orang tidak boleh mencari keuntungan sendiri, dan hidup yang benar yang berarti secara lahir dan batin orang bebas dari penipuan diri tidak hanya mementingkan kepada yang lain saja.28 Sila dapat tercapai apabila orang telah berusaha untuk mencapai moral yang tinggi, sesudah itu akan dapat masuk ke jalan yang terakhir yaitu samadhi. Samadhi terdiri dari 2 bagian yaitu persiapan atau upacara samadhi dan samadhinya sendiri. Langkah yang pertama dalam upacara samadhi langkah yang pertama adalah perenungan bahwa makan, minum membawa banyak kesusahan, merenungkan bahwa tubuh manusia itu terdiri dari empat unsur: bumi, air, api dan angin, menerangkan akan kebajikan dan kebesaran Tri Ratna kemudian orang harus merenungkan akan jenazah manusia, bahwa jenazah itu tidaklah sempurna, merenungkan tubuh orang yang hidup yang pada hakikatnya sama dengan jenazah. Tahap kedua setelah perenungan adalah duduk bersila di tempat yang sepi, mengatur nafas dan merenungkan empat bhawana yakni metta (persahabatan yang universal), karuna (belas kasih yang universal), mudikka (kesenangan dalam keuntungan serta kesenangan akan segala sesuatu), dan upakkha (tidak tergerak oleh apa saja yang menguntungkan diri sendiri, teman, musuh dan sebagainya).29 Setelah persiapan samadhi selesai kemudian orang masuk ke dalam samadhi yang sebenarnya yang terdiri dari empat tingkatan. Pertama, memusatkan pikiran pada satu sasaran untuk mengerti atas lahir dan batin (namarupa). Kedua, melepaskan rohnya dari segala uraian dan pertimbangan akan sasaran itu untuk mendapatkan ketenangan batin. Ketiga, sekalipun orang masih melihat sasaran itu, kegirangan (sukkha) menjadi pudar sehingga orang akan menjadi tenang walaupun masih dalam keadaan sadar. Keempat, bahwa sukkha dan dukkha lenyap semua dan rasa hatinya disesuaikan.30 27 Ibid., hlm. 29. 28 Wawancara dengan Bikkhu Adhi Purwanto, 24 Juli 2003. 29 Harun Hadiwijoyo. Agama Hindu ..., op.cit., hlm. 74. 30 Ibid., kata sukkha merupakan lawan dari kata dukkha yang berarti kebahagiaan.

Description:
Berlindung pada Buddha. Aku pergi berlindung pada. Dhamma. Aku pergi berlindung pada Sangha [untuk kedua kalinya …. Untuk ketiga kalinya …
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.