ebook img

12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian ... PDF

19 Pages·2015·0.07 MB·Indonesian
by  
Save to my drive
Quick download
Download
Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.

Preview 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Berdasarkan hasil penelusuran yang penulis lakukan, belum ada penelitian yang dilakukan tentang pergulatan eksistensial pramuwisata berbahasa Jerman pada biro perjalanan wisata PT NDBT. Sehubungan dengan identifikasi masalah dalam penelitian ini, peneliti perlu mengadakan studi penelusuran sumber yang relevan dari penelitian terdahulu berupa buku, jurnal, dan tesis untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menambah wawasan penulis, baik secara langsung maupun tidak langsung yang memiliki hubungan dengan konsep, landasan teori, metode, dan hasil penelitian. Madiun (2008) dalam penelitian yang berjudul Partisipasi Masyarakat Lokal Dalam Pengembangan Kawasan Pariwisata Nusa Dua (Perspektif kajian budaya) membahas tentang bentuk partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat lokal yaitu partisipasi karena paksaan (manipulative participation), dengan kekuasaan dan ancaman (coersive partisipation), dan partisipasi masyarakat masyarakat secara sepontan (spontaneous participation). Kesamaan dengan objek yang diteliti adalah keduanya membahas mengenai pengembangan pariwisata sedangkan perbedaanya adalah pada objek yang diteliti terfokus pada pergulatan eksistensial pramuwisata berbahasa Jerman dalam biro perjalanan wisata PT NDBT, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Madiun terfokus pada partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata Nusa Dua. 12 13 Penelitian yang dilakukan Mudana (2000) yang berjudul ”Indusrtialisasi Pariwisata Budaya di Bali: Studi Kasus Biro Perjalanan Wisata di Kelurahan Kuta”. Dalam penelitian tersebut membahas produk budaya yang terkomodifikasi dalam wisata paket (package tours) biro-biro perjalanan wisata. Produk-produk paket wisata yang dikelola oleh sebuah biro perjalanan wisata dalam ranah industrialisasi pariwisata budaya dapat melahirkan budaya populer dalam wacana budaya populer menimbulkan sintesis yang ideal dari ”pariwisata alam” sebagai praktik-praktik budaya (lived cultures/cultural practices) dan pariwisata seni sebagai teks-teks budaya (culturaltext/signifying practices). Relevansi dari penelitian ini adalah memberikan wawasan berfikir yang berkaitan dengan peran biro perjalanan wisata dalam industri pariwisata. Perbedaannya adalah penelitian Mudana tersebut menganalisis terjadinya proses industrialisasi pariwisata budaya di Bali melalui peran biro-biro perjalanan wisata, sedangkan dalam penelitian ini menganalisis implikasi pariwisata secara tidak langsung yang diwakili oleh kelompok subordinasi yaitu tenagakerjapramuwisataberbahasaJerman. Ginaya (2010) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pergulatan Kepentingan antara Representatif Asing Dan Pramuwisata dalam Penanganan Wisatawan Rusia Pada PT Tiga Putrindo Lestari di Nusa Dua”, tulisan ini mengulas tentang adanya persaingan antara representatif asing dengan pramuwisata Rusia lokal Bali yang mengakibatkan tergusurnya keberadaan pramuwisata lokal tersebut akibat lahan yang semestinya menjadi miliknya telah diserobot oleh refresentatif asing, mulai dari kedatangan wisatawan, selama tinggal di Bali, dan sampai kembali ke negaranya. Dalam penanganan wisatawan tersebut represenatif asing mendapatkan peran yang sangat dominan, sedangkan pramuwisata lokal Bali berperan sebagai pembantu dari 14 refresentatif asing tersebut. Relevansi penelitian ini adalah menambah wawasan yang berkaitan dengan peran pramuwiata dan biro perjalanan wisata dalam industri pariwisata. Perbedaannya adalah penelitian Ginaya tersebut menganalisis kompetensi ketenagakerjaan dalam pemanfaatan kebudayaan Bali sebagai daya tarik, sedangkan dalam penelitian ini menganalisis seperti apa keberadaan pramuwisata Jerman di biro perjalanan wisatadalam pemanfaatan daya tarik kebudayaan Bali Penelitian Kristianto (2008) yang berjudul ”Tuturan Wisatawan Jerman Di Bali: Sebuah Studi Prilaku Berbahasa”. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa adanya tindak tutur wisatawan Jerman (WJ) dengan pramuwisata (PW) dalam peristiwa tutur pemanduan wisata di Bali. Dari hasil penelitiannya, dapat diketahui bagaimana bentuk, fungsi, dan makna tuturan WJ dalam peristiwa tutur pemanduan wisata. Dikatakannya, selain diperoleh bentuk, fungsi, dan makna tuturan WJ, juga diperoleh gambaran perilaku berbahasa WJ. Selain temuan bidang pragmatik, dalam penelitian tersebut dapat diketahui bahwa aspek paralinguistik (aspek non-verbal atau kinesik) juga sangat mempengaruhi peristiwa tutur. Persamaannya dengan penelitian yang dilakukan adalah keduanya membahas tentang bahasa Jerman dan pramuwisata berbahasa Jerman dalam pariwisata Bali sedangkan perbedaanya adalah pada peneltian Kristanto terfokus pada tuturan dan prilaku wisatawan Jerman di Bali sedangkan penelitian ini terfokus pada pergulatan eksistensial pramuwisata berbahasa Jerman. Buku yang berjudul Pariwisata Budaya dan Budaya Pariwisata (2006) karya Michel Picard. Buku ini menguraikan bagaimana orang Bali menampilkan kebudayaanya kepada wisatawan dan bagaimana mereka memandang kebudayaannya 15 ketika berbicara tentang pariwisata. Buku ini menambah wawasan serta memberikan inpirasi yang berkaitan dengan pariwisata budaya dan tantangannya. Penuntun Praktis Pramuwisata Profesional (1984) karya Yoeti tersebut menguraikan tentang gambaran umum suatu biro perjalanan wisata dan pramuwisata. informasi ini menambah wawasan serta memberikan inspirasi yang berkaitan dengan biro perjalanan wisata dan pramuwisata. Sukses menjadi Pramuwisata Profesional (2008) karya Udoyono. Buku tersebut menambah wawasan serta memberikan inspirasi yang berkaitan tentang cara kerja seorang pramuwisata, peran penting pramuwisata dalam kegiatan pemanduan, sertasyarat-syarat menjadi seorang pramuwisata. Lebih lanjut Yoeti memaparkan dalam tulisannya tentangAnatomi Pariwisata (2008). Tulisan tersebut menambah wawasan serta memberikan inspirasi yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata Indonesia dan dunia serta mengenal karakter wisatawan mancanegara. Dari penelitian yang dilakukan tergambar adanya perbedaan antara penelitian dan buku yang telah diuraikan di atas. Perbedaan secara substansial adalah objek kajian, yakni penelitian menekankan pada pramuwisata berbahasa Jerman pada biro perjalanan wisata pada PT. NDBT. Selain itu, penelitian ini menjadi berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya karena berkaitan dengan pergulatan eksistensial pramuwisata Jerman yang di fokuskan pada biro perjalanan wisata PT. NDBT di Tuban kabupaten Badung. 16 2.2 Konsep Sejalan dengan penelitian yang berjudul ”Pergulatan Eksistensial Pramuwisata berbahasa Jerman pada biro Perjalanan Wisata pada PT. NDBT di Tuban kabupaten Badung”, ada beberapa konsep yang perlu dijelaskan. Konsep tersebut yakni: pergulatan eksistensial, pramuwisata berbahasa Jerman, biro perjalanan wisata PT. NDBT. 2.2.1 PergulatanEksistensial Konsep pergulatan pramuwisata Jerman dapat dimaknai sebagi sebuah bentuk usaha keras dari Pramuwisata Jerman yang bekerja sebagai pemandu wisata bagi wisatawan berbahasa Jerman, yang memiliki kemampuan dalam berbahasa Jerman, serta telah memiliki surat ijin disebuah biro perjalanan wisata tempat dimana Pramuwisata Jerman bekerja. Penjelasan pergulatan berasal dari kata”gulat”yang berarti merangkul, menindih, atau bergelut (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005: 374). Penjelasan lebih lanjut mengenai konsep, bahwa eksistensi berasal dari kata latin existere, dari ex keluar sitere yang berarti membuat sendiri. Artinya apa yang ada, apa yang memiliki aktualitas apa yang dialami. Konsep tersebut menekankan bahwa sesuatu itu memang ada. Eksistensi adalah inti dari eksistensialisme. Eksistensialisme berasal dari pemikiran Soren Aabye Kierkegard ( Denmark : 1813- 1855 ). Inti permasalahannya adalah apa itu kehidupan manusia, apa tujuan dari kegiatan manusia, bagaimana menyatakan sebuah kebenaran manusia. Pokok pemikirannya difokuskan kepada pemecahan konkret terhadap persoalan arti ”berada” mengenai manusia ( Salam, 1996 : 207 ). 17 Terdapat berbagai pandangan dalam faham eksistensialisme. Namun pandangan tersebut memiliki beberapa persamaan. Sebagaimana dikemukakan oleh Harun Hadiwiyono sebagai berikut. 1. Motif pokok ialah apa yang disebut eksistensi, yaitu cara manusia berada. Hanya manusialah yang bereksistensi. Eksistensi adalah cara khas manusia berada. Pusat perhatian ini ada pada manusia karena manusia itu bersifat humanistis. 2. Bereksistensi harus diartikan secara dinamis. Bereksistensi berarti menciptakan dirinya secara aktif, bereksistensi berarti berbuat, menjadi dan merencanakan. 3. Dalam filsafat eksistensialisme, manusia dipandang sebagai terbuka. Manusia adalah realitas yang belum selesai yang masih harus dibentuk, pada hakikatnya manusia terikat kepada dunia sekitarnya, terlebih sesama manusia. 4. Filsafat eksistensialisme memberi tekanan kepada pengalaman yang konkret, pengalaman yang eksistensial ( Salam, 1996 : 207-208 ). Menurut kamus besar bahasa Indonesia kata eksistensial diartikan sebagai sebuah keberadaan. Keberadaan yang dimaksud adalah bagaimana keberadaan pramuwisata berbahasa Jerman pada PT. Nusa Dua Bali tour and travel. Jadi pergulatan eksistensial diartikan sebagai sebuah bentuk usaha keras yang dilakukan oleh seseorang untukmemperbaiki nasibnya ataupun mempertahankan keberadaanya. Dari paparan yang telah dikemukankan di atas pergulatan eksistensial yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usaha atau pergulatan yang dilakukan untuk tetap bekerja, dapat mempertahankan hidupnya sebagai pramuwisata berbahasa Jerman, usaha untuk menarik wisatawan dari negara berbahasa Jerman tetap menggunakan usaha jasa PT. NDBT, serta usaha untuk memiliki peran yang besar dalam mengembangkan PT. NDBT untuk tetap ada dengan demikian sebagai 18 pramuwisata bahasa Jerman senantiasa diberdayakan kemampuannya untuk melakukan pekerjaan kepemanduan guna kelangsungan hidupnya sendiri sebagai seorang pramuwisata berbahasa Jerman. Dari pandangan kajian budaya dengan menggunakan teori-teori posmodernisme, pergulatan eksistensial ini tujuannya adalah perjuangan untuk mempertahankan kehidupan dari sebuah bentuk korporasi yang selalu mendominasi dengan kekuatan yang mereka miliki. 2.2.2 Biro Perjalanan Wisata Menurut Undang-undang No 9 tahun 1990 tentang kepariwisataan pasal 11 dikatakan bahwa usaha biro perjalanan wisata adalah usaha penyediaan jasa perencanaan atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan wisata (Lastara, 1997: 25). Sejalan dengan ketentuan tersebut di atas undang-undang No.10 tahun 2009 tentang kepariwisataan pasal 14 merupakan hasil revisi undang-undang sebelumnya juga mengatakan bahwa yang dimaksud dengan biro perjalanan wisata adalah usaha biro perjalanan wisata meliputi usaha penyedian jasa perencanaan perjalanan dan/atau jasa pelayanan dan penyelenggaraan pariwisata, termasuk penyelenggaraan perjalanan ibadah (Muljadi, 2009: 236). Biro perjalanan wisata merupakan elemen yang sangat penting dalam proses pelayanan terhadap wisatawan. Saat ini hampir sebagaian besar wisatawan menggunakan jasa biro perjalanan wisata (yoeti, 2002). Peranan biro perjalanan wisata adalah sebagai salah satu jembatan bagi wisatawan untuk dapat menikmati objek wisata pada suatu daerah tujuanwisata. Biro perjalanan wisata adalah perusahaan yang menyelengarakan kegiatan paket wisata. Adapun kegiatan usaha biro perjalanan wisata antara lain 1) Menyusun dan menjual paket wisata, 2) Menyelenggarakan atau menjual pelayanan wisata, 3) 19 Menyusun dan menjual paket wisata, 4) Menyelenggarakan pemanduan wisata, 5) menyediakan fasilitas untuk wisatawan, 6) Menjual tiket sarana angkutan, 7) Mengadakan pemesanan sarana wisata, 8) Mengurus dokumen perjalanan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sejalan dengan hal tersebut Foster (2000) memberikan definisi tentang biro perjalanan wisata bahwa biro perjalanan wisata menjual segala aturan perjalanan secara langsung kepada publik, khususnya menjual transportasi darat, laut, udara, sarana penginapan, perjalanan berpesiar, paket wisata, asuransi wisata, dan produk-produk terkait lainnya. Biro perjalanan wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah biro perjalanan wisata PT. NDBT yang menjual paket wisata kepada wisatawan berbahasa Jermanyang juga mempekerjakan pramuwisata berbahasa Jerman dalam pemanfaatan budaya dan alam Bali. 2.2.3 PramuwisataberbahasaJerman Menurut International Travel dictonery (dalam Yoeti, 1983: 17) yang diterbikan oleh The Academic Internationale de Tourisme of Monte Carlo Principality of Monaco, pengertian pramuwisata adalah ” From the tourist point of view, the tour guide is person employed, either directly, by the traveler, an official or private tourist organization or travel agent to inform directly and advice the tourists before and during his journey”. Sesuai dengan pengertian tersebut di atas maka tugas seorang pramuwisata mencakup kegiatan seperti menuntun, memimpin, memberi penjelasan dan penerangan, petunjuk kepada anggota rombongan wisatawan selama dalam perjalanan wisata berlagsung. 20 Menurut keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (nomor: KM.82/PW.102/MPPT-88) pramuwisata adalah seorang yang bertugas memberikan bimbingan, penerangan, dan petunjuk tentang objek wisata, serta membantu segala sesuatu yang diperlukan wisatawan. Pramuwisata dalam penelitian ini berada pada wilayah propinsi Bali dan berdasarkan persyaratan untuk memperoleh sertifikat pramuwisata yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Bali dengan mengacu pada Keputusan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No.KM.82/PW.102/MPPT-88 pasal 10, diketahui ada dua syarat penting yang harus dipenuhi yaitu (1) Warga negara Indonesia, (2) memiliki KTP dalam wilayah propinsi Bali. Seiring perkembangan pariwisata yang makin menglobal, tuntutan terhadap profesionalisme makin tinggi. Pramuwisata harus memiliki kompetensi agar mampu memberikan pelayanan dengan baik, baik skill dalam bidang pemanduan, bahasa, maupun pengetahuan tentag budaya yang dimiliki oleh wisatawanyang di pandunya. Seiring dengan hal tersebut di atas, Atmaja (2008 : 2) menyatakan bahwa ada tiga hal pokok yang harus dimiliki oleh seorang pramuwisata professional, yaitu (1) keterampilan (skill), (2) pengetahuan (knowledge), (3) etika/moral (ethics). Harus dijalankan secara seimbang karena ketiga-tiganya saling berhubungan satu dengan lainnya. Pramuwisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pramuwisata berbahasa Jerman yang bekerja pada biro perjalan Wisata PT. NDBT yang bertugas menangani wisatawan berbahasa Jerman serta mengerti dan memahami karakteristik wisatawan berbahasa Jerman, dan juga wisatawan dari negara-negara eropa lainnya yang juga menggunakan bahasa Jermansebagai bahasa Ibu mereka. 21 2.3 Landasan Teori Dalam sebuah penelitian, teori memegang peranan penting karena dapat dimanfaatkan untuk sistematisasi pengetahuan dan pengembangan hipotesa. Untuk mengkaji permasalahan dalam penelitian ini, maka digunakan beberapa teori yaitu: teorihegemoni, teoripraktik sosial, dan teoritindakan komunikatif. 2.3.1 Teori Hegemoni Istilah hegemoni berasal dari bahasa Yunani, yaitu hegeishtai. Istilah tersebut berarti memimpin, kepemimpinan, atau kekuasaan yang melebihi kekuasaan yang lain. Penggagas teori hegemoni adalah Antonio Gramsci yang berasal dari Italia, teori-teorinya muncul sebagai kritik dan alternatif bagi pendekatan teori perubahan sosial yang sebelumnya didominasi oleh ketergantungan paham kelas dan ekonomi marxisme tradisional. Teori hegemoni menjadi terkenal setelah digunakan sebagai penyebutan atas pemikiran Gramsci yang dipahami sebagai ide yang mendukung kekuasaan kelompok sosial tertentu. Adapun teori hegemoni yang dicetuskan Gramsci adalah sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral. Gramsci menjelaskan bahwa hegemoni merupakan sebuah proses penguasaan kelas dominan kepada kelas bawah, dan kelas bawah juga aktif mendukung ide-ide kelas dominan. Di sini penguasaan dilakukan tidak dengan kekerasan, melainkan melalui bentuk-bentuk persetujuan masyarakat yang dikuasai. Bentuk-bentuk

Description:
Eksistensialisme berasal dari pemikiran Soren Aabye Kierkegard pramuwisata yang dikeluarkan oleh Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Bali
See more

The list of books you might like

Most books are stored in the elastic cloud where traffic is expensive. For this reason, we have a limit on daily download.