11 BAB II TINJAUAN TEORI Pada bab ini diuraikan tentang landasan terori penelitian yang akan dilakukan yang meliputi kunjungan imunisasi dan penyuluhan. A. IMUNISASI Pada sub bab ini akan diuraikan yang melandasi tentang teori Definisi imunisasi, Tujuan imunisasi, Manfaat imunisasi, Jenis-jenis imunisasi, Sasaran imunisasi, Pokok-pokok kegiatan imunisasi, Faktor-faktor yang mempengaruhi kekebalan (imunisasi), Tujuan program imunisasi, Tempat pelayanan imunisasi, Kegiatan pelayanan imunisasi, Acuan persiapan pelayanan imunisasi, Kontraindikasi pemberian imunisasi, Program imunisasi nasional, Vaksin, Jenis vaksin dan Sifat vaksin. 1. Definisi Imunisasi Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpapar dengan penyakit tidak akan menderita penyakit tersebut karena sistem memori (daya ingat), ketika vaksin masuk kedalam tubuh maka akan dibentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem memori akan menyimpan sebagai suatu pengalaman. (Mulyani, 2013). Imunisasi merupakan pencegahan yang telah berhasil menurunkan mordibitas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) penyakit infeksi pada bayi dan anak (Anik, 2010). Imunisasi berasal dari kata “imun” yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan 11 12 kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, Sehingga untuk terhindar dari penyakit lain, diperlukan imunisasi lainnya. Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak menjadi sakit. (Hadinegoro, 2011). Imunisasi merupakan salah satu program pemerintah yang bertujuan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti disentri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak, polio dan tuberculosis (Notoatmodjo, 2003). Imunisasi dapat dilakukan pada anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak- anak karena sistem imun yang belum sempurna, sedangkan pada usia 60 tahun terjadi penuaan sistem imun nonspesifik seperti perubahan fungsi sel sistem imun, dengan demikian usia lanjut lebih rentan terhadap infeksi penyakit auto imun dan keganasan. (Mulyani, 2013). Menurut penulis imunisasi adalah Suatu proses pemberian imunisasi dasar : BCG, Campak, Polio, DPT/HB, DT, TT yang diberikan kepada balita Untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya terhadap penyakit Sehingga jika terpajan pada penyakit tersebut maka ia tidak akan menjadi sakit. 13 2. Tujuan Imunisasi Menurut Maryuani, (2010) tujuan pemberian imunisasi antara lain : a. Tujuan/manfaat imunisasi adalah sebagai mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu di dunia. b. Tujuan dan kegunaan imunisasi adalah untuk melindungi dan mencegah penyakit-penyakit menular yang sangat berbahaya bagi bayi dan anak. c. Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbilitas dan mortilitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu. d. Tujuan diberikan imunisasi adalah mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Dapat disimpulkan bahwa tujuan diberikan imunisasi yaitu untuk mencegah penyakit dan kematian bayi dan anak–anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul. Program imunisasi yang dilakukan adalah untuk memberikan kekebalan kepada bayi sehingga bisa mencegah penyaikt dan kematian serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering terjangkit. Secara umum tujuan imunisasi menurut (Mulyani, 2013) antara lain : a) Imunisasi dapat menurunkan angka morbiditas (angka kesakitan) dan mortalitas (angka kematian) pada bayi dan balita. b) Imunisasi sangat efektif untuk mencegah penyakit menular c) Melalui imunisasi tubuh tidak akan mudah terserang penyakit menular. 14 3. Manfaat Imunisasi Menurut Mulyani, (2013) manfaat imunisasi adalah : a) Bagi keluarga : dapat menghilangkan kecemasan dan memperkuat psikologi pengobatan bila anak jatuh sakit, mendukung pembentukan keluarga bila orang tua yakin bahwa anaknya akan menghadapi dan menjalani anak anaknya di masa kanak-kanak dengan tenang. b) Bagi anak : dapat mencegah penderitaan atau kesakitan yang ditimbulkan oleh penyakit yang kemungkinan akan menyebabkan kecacatan atau kematian. c) Bagi keluarga dapat memperbaiki tingkat kesehatan dan mampu menciptakan bangsa yang kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan nasional. 4. Jenis-jenis Imunisasi Berdasarkan proses dan mekanisme pertahanan tubuh imunisasi dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif (Aziz, 2008). a. Imunisasi aktif Imunisasi aktif adalah pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imunologi spesifik yang akan menghasilkan respon seluler dan humoral serta dihasilkan cell memory, sehingga apabila benar–benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespon. b. Imunisasi pasif Imunisasi pasif adalah pemberian zat (imunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma 15 manusia atau binatang yang digunakan untuk mngatasi mikroba yang di duga sudah masuk dalam tubuh yang terinfeksi. 5. Jenis imunisasi dasar 1. BCG (Bacille Calmette-Guerin), Perlindungan penyakit : TBC / Tuberkulosis. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberkulosis, namun dapat mencegah komplikasinya atau tuberkulosis berat. a. Kandungan : Mycobacterium bovis yang dilemahkan, b. Waktu pemberian : Umur : usia < 2 bulan, apabila BCG diberikan di atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif. c. Kontraindikasi : Reaksi uji tuberkulin > 5 mm.Menderita inveksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau dengan resiko tinggi infeksi HIV Menderita gizi buruk Menderita demam tinggi. d. Efek samping Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian besar merasa nyeri, sakit, merah, atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri. Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak memberikan perlindungan dan imunisasi tidak perlu diulang. Jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan. 16 2. POLIO a. Perlindungan Penyakit : Poliomielitis/Polio (lumpuh layuh). b. Waktu Pemberian : Vaksin polio oral diberikan pada bayi baru lahir sebagai Dosis awal, kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan tiga dosis terpisah berturut- turut dengan interval waktu 6-8 minggu. c. Kontraindikasi Demam (>38.5 0C) Muntah atau diare Keganasan, HIV (Human Immunodeficiency Virus) Efek samping Diperkirakan terdapat 1 kasus poliomyelitis paralitik yang berkaitan dengan vaksin terjadi setiap 2,5 juta dosis OPV (Oral Polio Vaksin) yang diberikan. Resiko terjadi paling sering pada pemberian pertama dibandingkan dengan dosis-dosis berikutnya. Setelah vaksinasi sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala pusing, diare ringan, dan nyeri otot. 3. Campak a. Penyakit campak adalah penyakit akut yang disebabkan oleh virus campak yang sangat menular pada anak-anak, ditandai dengan panas, batuk, pilek, konjungtivitis, dan ditemukan spesifik enantem (Koplik’s spot) diikuti dengan erupsi mukopapular yang menyeluruh. b. Penyebab : campak disebabkan oleh virus campak yang termasuk dalam family Paramyxovirus. Virus ini sensitif terhadap panas, dan sangat mudah rusak pada suhu 370c. c. Waktu pemberian : pemberian diberikan pada umur 9 bulan, secara subkutan, walaupun demikian dapat diberikan secara intramuskular. 17 d. Efek samping Efek samping pemberian imunisasi campak berupa demam > 39,5oC yang terjadi pada 5-15% kasus dijumpai pada hari ke 5-6 setelah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari. Ruam dapat dijumpai pada 5% resipien, timbul pada hari ke 7-10 berlangsung selama 2-4 hari. e. Reaksi yang berat dapat ditemukan gangguan fungsi sistem saraf pusat seperti ensefalitis dan ensefalopati timbul pada 30 hari setelah imunisasi. 4. Hepatitis B a. Perlindungan Penyakit : Hepatitis B b. Waktu dan dosis pemberian : Minimal diberikan sebanyak 3 kali Imunisasi pertama diberikan segera setelah lahir Interval antara dosis pertama dan kedua minimal 1 bulan.Dosis ketiga merupakan penentu respons antibodi karena merupakan dosis booster (3-6 bulan). c. Efek samping Kejadian pasca imunisasi pada hepatitis B jarang terjadi, segera setelah imunisasi dapat timbul demam yang tidak tinggi, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan, pembengkakan, nyeri, rasa mual, dan nyeri sendi. Orang tua/pengasuh dianjurkan untuk memberikan minum lebih banyak (ASI atau air buah), jika demam pakailah pakaian yang tipis, bekas suntikan yang nyeri dapat dikompres air dingin, jika demam berikan parasetamol 15 mg/kgbb setiap 3-4 jam bila diperlukan, boleh mandi atau cukup disekdar dengan air hangat. Jika reaksi tersebut menjadi berat dan menetap, atau jika orang tua merasa khawatir, bawalah bayi / anak ke dokter. 18 5. Measles, Mumps, Rubella (MMR) Imunisasi MMR memberi perlindungan terhadap campak, parotitis,dan campak Jerman (Rubella). a. Parotitis menyebabkan demam, sakit kepala dan pembengkakan pada salah satu maupun kedua kelenjar liur utama yang disertai nyeri. Parotitis bisa menyebabkan meningitis (infeksi pada selaput otak dan korda spinalis) dan pembengkakan otak. Campak Jerman (Rubella) menyebabkan demam ringan, ruam kulit dan pembengkakan kelenjar getah bening leher. Rubella juga bisa menyebabkan pembengkakan otak atau gangguan perdarahan. b. Perlindungan penyakit : Campak, Parotitisdan Rubella c. Waktu dan dosis pemberian : diberikan dosis tunggal 0.5 ml subkutan, dan diberikan pada umur 12-18 bulan. d. Kontra Indikasi Keganasan Demam akut, defisiensi imun Efek samping. Pada penelitian yang mencakup 6000 anak yang berusia 1- 2 tahun, dilaporkan setelah vaksinasi MMR dapat terjadi malaise, demam, atau ruam yang terjadi 1 minggu setelah imunisasi. Dalam masa 6-11 hari setelah imunisasi, dapat terjadi kejang demam pada 0.1 % anak ensefalitis pasca imunisasi <1/1000.000 dan pembengkakan kelenjar parotis pad 1 % anak berusia sampai 4 tahun, biasanya terjadi pada minggu ketiga dan kadang-kadang lebih. Trombositopenia biasanya akan sembuh sendiri, kadang- kadang dihubungkan dengan komponen rubella dari MMR. 19 6. Hepatitis A a. Perlindungan Penyakit : Hepatitis A b. Penyebab : Virus hepatitis A c. Waktu Pemberian : dibuat dari virus yang dimatikan Vaksin diberikan 2 kali, suntikan kedua atau booster bervariasi antara 6-18 bulan setelah dosis pertama,tergantung produk (IDAI, 2008).Vaksin diberikan pada usia > 2 tahun. d. Jarang menimbulkan efek samping. Reaksi lokal merupakan efek samping tersering (21% -54%) tetapi umumnya ringan. 7. Typhoid & Parathypoid a. Perlindungan Penyakit : Demam typhoid b. Dibuat dari kuman Salmonella typhi yang telah dilemahkan Penyebab penyakit typhoid : Bakteri Salmonella typhi c. Cara pemberian : oral dan parenteral Dosis : Kemasan dalam bentuk kapsul, untuk anak umur > 6 tahun atau lebih. Suntikan : untuk anak > 2 tahun. d. Waktu Pemberian : imunisasi diulang setiap 3 tahun. 8. VAricella a. Perlindungan Penyakit : cacar air Penyebab penyakit varicella : Virus Varicella-Zoster b. Waktu Pemberian : Vaksin varicella dapat diberikan setelah umur 12 bulan, terbaik pada umur sebelum masuk sekolah dasar. Bila 20 diberikan pada umur >12 tahun, diperlukan 2 dosis dengan interval minimal 4 minggu. c. Kontra indikasi Demam tinggi, Defisiensi imun, Pasien dengan pengobatan kortiko steroid dosis tinggi. 9. Hib (Haemophillus Influenza b) a. Perlindungan penyakit : Meningitis b. Bagian kapsul Hib yang disebut polyribosyribitol phosphate (PRP) menentukan virulensi dari Hib.Vaksin Hib yang beredar di Indonesia adalah vaksin konjugasi dengan membran protein luar dari Neisseria meningitides yang disebut sebagai PRP-OMP dan konjugasi dengan protein tetanus yang disebut sebagai PRP-T.Kedua vaksin tersebut menunjukan efikasi dan keamanan yang sangat tinggi. Vaksin Hib diberikan sejak umur 2 bulan PRP-OMP diberikan 2 kali sedangkan PRP-T diberikan 3 kali dengan jarak waktu 2 bulan Vaksin tidak boleh diberikan sebelum bayi berumur 2 bulan karena bayi tersebut belum dapat membentuk antibody. 10. Pneumokokus a. Penyebab penyakit : Pnemonia b. Waktu pemberian : diberikan pada bayi berumur 2, 4, 6, bulan dan diulang pada umur 12-15 bulan.Interval antara dua dosis 4-8 minggu c. Efek samping : Eritema, bengkak, indurasi dan nyeri di bekas tempat suntikanEfek sistemik : demam, pusing, gelisah Reaksi berat seperti reaksi anafilaktik jarang ditemukan Efek samping biasanya terjadi
Description: